Rabu, 21 November 2012

Anak Disleksia (susah belajar)

0

Disleksia


Disleksia
Disleksia bukanlah penyakit menular yang mematikan . Biarpun begitu, anak dengan disleksia perlu mendapat penanganan yang  tepat. Semua anak, pada awal masuk sekolah pastilah pernah mengalami kesulitan membaca dan menulis. Ini wajar karena persepsi visual anak – anak di bawah umur 8 tahun masih belum matang. Tak heran, banyak anak kelas 1 dann 2 SD yang masih salah menulis dan membaca. Agar anak lancer dan piawai menulis butuh banyak latihan dan daya juang. Namun bila kesulitan – terbata membaca, tulisannya buruk, dan tak menggunakan spasi dalam menulis – itu menetap mesik anak sudah berada di kelas 5 atau 6 berarti ada sesuatu yang salah. Boleh jadi anak mengalami gangguan disleksia.
KESULITAN BELAJAR SPESIFIK
Secara harafiah disleksia berarti salah membaca. Lebih spesifik disleksi, menurut pakar disleksia ‘ Lucia RM Royanto, Msi, MspEd, adalah sebuah kondisi di mana anak mengalami kesulitan belajar spesifik. Ini berkaitan dengan penggunaan keterampilan dasar seperti membaca, mengeja, dan menulis. Psikologi pendidikan yang kerap menjadi pembicara soal disleksia ini menjabarkan, anak disleksia memiliki ciri mengalami kesulitan mengerjakan sesuatu yang memerlukan hafalan, susah mengurut sesuatu, dana memiliki gerak motori  yang kurang baik.
Disleksia ini disebabkan oleh tiga factor. Pertama, factor biologis yang disebabkan oleh adanya sedikit luka (lension) pada otak. Ini dikenal disfungsi mimimum otak (DMO). Disfungsi ini dapat terjadi pada saat anak masih dalam kandungan, atau ketika lahir ia kekurangan oksigen sehingga sedikit merusak otak. Trauma atau benturan pada kepala pun bisa menyebabkan terjadinya DMO. Meski begitu, anak – anak dengan DMO secara umum tingkat intelgesianya masih tergolong rata – rata. Bahkan banyak pula yang di atas standar. Faktor  kedua adalah karena faktor kognitif  dan pemrosesan. Sementara faktor ketiga , karena perilaku. Gangguan disleksia tidak mengenal batas ekonomi. Sebut saja di Amerika Serikat , tercatat ada 10% - 15% anak sekolah mengalami disleksia. Menariknya, menurut psikolog dari sekolah Pantara, Fitriani Sumarlis, disleksia ternyata bisa juga ‘diturunkan ‘ . seperti mantan PM Singapura Lee Kwan Yeuw yang disleksia misalnya, anak lelakinya pun mengidap disleksia. Bahkan sejumlah tokoh kesohor pun tercatat mengalami ini. Ada Alberti Einstein yang jenius, Tom Cruise yang aktor kesohor, atau George W Bush. Tapi mereka tahu bagaimana mensiasatinya sehingga bisa terus maju dan mengoptimalkan potensinya.
Meski begitu, anak dengan disleksia , papa Lucia, berpotensi mengalami kegagalan dalam mengikuti pelajaran di sekolah. Anak – anak ini kerap memandang dirinya negatif dan kurang kompeten. Bila  sudah begitu yang berikutnya adalah efek domino. “ Akibatnya mereka sering dihinggapi rasa cemas, gugup , kurang motivasi, serta tentang konsentrasi dan perhatian yang pendek”, imbuh Lucia yang menyelesaikan masternya di University of New Castle , Australia . Karena efeknya pada anak cukup serius tak heran DR. Arief Rachman, M.Pd., berkeyakinan anak dengan gangguan ini perlu penganganan khusus. Sekolah regular, tutur Arief, takkan mampu menanggulangi anak disleksia. “ Mereka harus mendapat penanganan khusus” tandas Arief. Untungnya, kini di Jakarta ada sekolah Pantara, yang khusus  menangani anak – anak disleksia.
IDENTIFIKASI
Sebagai orangtua, sesungguhnya kita bisa mendeteksi ada tidaknya disleksi pada anak sedini mungkin. Amati saja apakah dalam kesehariannya anak sering merasa kesulitan membedakan antara kiri dan kanan, atas dan bawah, kemarin dan besok, atau siang dan malam. Atau ia kerap menabrak dinding yang terlihat jelas, sering tersesat saat berada dalam lingkungan baru, tak menyukai mainan puzzle, susah membedakan  huruf – huruf yang bentuknya mirip seperti ‘b’ dan ‘d’, ‘p’ dan ‘q’ , ‘m’ dan ‘w’. Mereka juga sering kehilangan ‘jejak’ ketika sedang membaca dan terbalik membaca kata – kata yang mirip bentuknya. Umpamanya ‘ubi’ dengan ‘ibu’. Anak – anak disleksia juga mengalami kesulitan dalam mengingat kata – kata yang dilihatnya. Jika si anak mengalami hal ini setelah usianya di atas 8 tahun , kemungkinan besar ia menderita disleksia.
Sementara itu psikolog dan praktisi terapis pada anak – anak disleksia menggunakan tes – tes psikometri untuk memastikan ada tidaknya masalah dalam intelegensi pada anak. Tes –tes seperti itu dapat memudahkan identifikasi ada tidaknya masalah dalam pemoresan informasi  dari segi visual , auditif, atau pun motoriknya. Jadi pemeriksaan menyeluruh harus dilakukan untuk  membantu anak disleksia. Ini berguna untuk mengetahui potensi anak dan  ketidakmampuannya. Dengan begitu intervensi yang akan dilakukan pus bisa lebih terfokus. Buakan ingn mengecilkan hati. Sayang, disleksia tak bisa disembuhkan secara total. Tapi , dengan terapi, anak – anak disleksia dapat mengetahui ‘ celah’ mana yang bisa dilakukan untuk mengeliminir kesalahannya. Umpamanya saja, untuk menghindari salah menulis ‘b’ dan ‘d’ , maka anak dapat membedakan kedua huruf tersebut, dan kemungkinan untuk salah pun bisa dihindari. Atau misalnya, anak kelak juga dapa menyeleksi bidang pekerjaanny, misalnya bidang pekerjaan yang tak berkaitan dengan tulis menulis.
Dengan terapi, misalnya anak akan terlatih untuk menangkap atau melempar bola dengan kedua tangannya. Dengan begitu oang yang menerima bola takkan  tahu bahwa ia tak tahu mana yang kiri dan kanan. Ah Anda tak perlu kuatir berlebihan,. Cukup banyak mereka  yang memiliki gangguanini menjadi tokoh  besar. Itu artinya si kecil pun bisa beprestasi sesuai dengan kompetensinya.

Apa Tunadaksa itu ??

0

PENGERTIAN, KLASIFIKASI DAN KARAKTERISTIK ANAK TUNADAKSA


Tunadaksa dapat didefinisikan sebagai bentuk kelainan atau kecacatan pada sisitem otot, tulang, persendian dan saraf yang disebabkan oleh penyakit, virus, dan kecelakaan baik yang terjadi sebelum lahir, saat lahir dan sesudah kelahiran. Gangguan itu mengakibatkan gangguan koorinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi dan gangguan perkembangan pribadi.
Klasifikasi anak tunadaksa ditinjau dari sistem kelainannya dapat dibedakan atas kelainan pada sistem cerebral dan kelainan pada sistem otot dan rangka. Kelainan pada sisitem cerebral berupa cerebral palsy yang menunjukkan kelainan gerak, sikap dan bentuk tubuh, gangguan koorinasi, dan kadang disertai gangguan psikologis dan sensoris karena adanya kerusakan pada masa perkembangan otak. Cerebral palsy diklasifikasikan menurut derajat perkmbangan otak. Cerebral palsy diklasifikasikan menurut derajat kecacatannya, yaitu ringan, sedang dan berat. Klasifikasi berdasrkan fisiologi kelainan gerak adalah spastik, dyskensia (atetoid, rigid tremor) dan campuran.
Kelainan pada sistem otot dan rangka berupa pliomyelitis, muscle dystrophy, dan spina bifida. Poliomyelitis merupakan suatu infeksi penyakit pada sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh virus polio yang mengakibatkan kelumpuhan yang bersifat menetap dan tidak mengakibatkan gangguan kecerdasan atau alat-alat indra.
Kelumpuhan dibedakan atas tipe spinal, bulbair, bulbospinal, dan encephalistis. Muscle dystrophy adalah ejnis penyakit otot yang disebabkan oleh faktor keturunan dan mengakibatkan otot tidak berkembang karena mengalami kelumpuhan yang sifatnya progresif dan simetris. Spina bifida merupakan jenis kelainan pada tulang dan belakgn yang ditandai dengan terbukanya satu atau 3 ruas tulang belakang dan tidak tertutup lagi selama masa perkembangan sehingga fungsi jaringan saraf terganggu dan terjadilah kelumpuhan.
Karakteristik anak tunadaksa ditinjau dari beberapa segi, antara lain :
  1. Karakteristik akademis anak tudanadaksa meliputi ciri khas kecerdasan, kemampuan kognisi, persepsi dan simblisasi mengalam kelainan karena terganggunya sisitem cerebral sehingga mengalami hambatan dalam belajar, dan mengurus diri. Anak tundaksa karena kelainan pada sistem otot dan rangka tidak terganggu sehingga dapat belajar, seperti anak normal.
  1. Karakteristik sosial/emosional anak tunadaksa menunjukkan bahwa konse diri dan respons serta sikap masyarakat yang negatif terhadap anak tunadaksa mengakibatkan anak tunadaksa merasa tidak mampu, tidak berguna dan menjadi rendah diri.
Akibatnya, kepercayan dirinya hilang dan akhirnya tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Mereka juga menunjukkan sikap mudah tersinggung, mudah marah, lekas putus asa, rendah diri, kurang dapat bergaul, malu dan suka menyendiri, serta frustasi berat.
  1. Karakteristik fisik/kesehatan anak tunadaksa biasanya selain mengalami cacat tubuh, juga mengalami gangguan lain, seperti sakit gigi, berkurangnya daya pendenganran, penglihatan, gangguan bicara, dan gangguan motorik.
Tujuan utama pendidikan anak tunadaksa adalah terbentukyna kemandirian dan keutuhan pribadi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sekurang-kurangnya tujuh aspek yang perlu dikembangkan melalui pendidikan pada anak tunadaksa, yaitu :
  1. Pengembangan intelektual dan akademik
  2. Membantu perkembangan fisik
  3. Meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri anak
  4. Mematangkan moral dan spiritual,
  5. Meningkatkan ekspresi diri
  6. Mempersiapkan masa depan anak

Cara menarahkan anak hiperaktif

0


Mengarahkan Anak Hiperaktif
Sumber: CyberNews Suara Merdeka

Ada dua ketakutan kaum ibu menyangkut anaknya, autis dan hiperaktif. Jika anaknya terkena autis, ibu akan sangat gugup karena anaknya tak fokus, cenderung pendiam dan sulit beradaptasi. Jika hiperaktif malah gelisah karena anaknya susah dikendalikan. Padahal, rata-rata anak autis dan hiperaktif punya KECERDASAN yang LUAR BIASA.
Mengelola anak hiperaktif memang butuh kesabaran yang luar biasa, juga kesadaran untuk senantiasa tak merasa lelah, demi kebaikan si anak. Anak hiperaktif memang selalu bergerak, nakal, tak bisa berkosentrasi. Keinginannya harus segera dipenuhi. Mereka juga kadang impulsif atau melakukan sesuatu secara tiba-tiba tanpa dipikir lebih dahulu. Gangguan perilaku ini biasanya terjadi pada anak prasekolah dasar, atau sebelum mereka berusia 7 tahun.
Anda cemas dan gugup? Tentu tapi jangan takut. Kami punya resepnya.
Pertama, PERIKSALAH. Tak semua tingkah laku yang kelewatan dapat digolongkan sebagai hiperaktif. Karena itu, Anda perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktif. Yang harus Anda lakukan adalah mengonsultasikan persoalan yang diderita anak kepada ahli terapi psikologi anak. Ini penting karena gangguan hiperaktivitas bisa berpengaruh pada kesehatan mental dan fisik anak, serta kemampuanya menyerap pelajaran dan bersosialisasi. Tujuannya untuk mendapatkan petunjuk dari orang yang tepat tentang apa saja yang bisa Anda lakukan di rumah. Selain itu juga berguna untuk menghapus rasa bersalah dan memperbaiki sikap Anda agar tak terlalu menuntuk anak secara berlebihan. Di sini biasanya para ahli akan memberikan obat yang sesuai atau ebuah terapi.
Kedua, PAHAMILAH. Untuknbisa menangani anak hiperaktif, ada baiknya pulla jika Anda dan anggota keluarga mengikuti support group dan pareting skill-training. Tujuanya agar bisa lebih emahami sikap dan perilaku anak, serta apa yang dibutuhkan anak, baik secara spikologis, kognitif (intelektual) maupun fisiologis. Jika si anak merasa bahwa orang tua dan anggota keluarga lain bisa mengerti keinginannya, perasaannya, frustasinya, maka kondisi ini akan meningkatkan kemungkinan anak bisa tumbuh seperti layaknya orang-orang normal lainya.
Keitiga, LATIH kefokusannya. Jangan tekan dia, terima keadaan itu. . Perlakukan anak dengan hangat dan sabar, konsisten dan tegas dalam menerapkan norma dan tugas. Kalau anak tidak bisa diam di suatau tempat, coba pengang kedua tangannya dengan lembut, kemudian ajaklah untuk duduk diam. Mintakah agar anak menatap mata Anda ketika berbicara atau diajak berbicara. Berilah arahan dengan nada yang membuat, tanpa harus membenarkan. Arahan ini penting sekali untuk melatih anak disiplin dan berkosentrasi pada satu pekerjaan. Anda harus konsisten.Jika meminta dia melakukan sesuatu, jangan berika dia ancaman tapi pengertian, yang membuat tahu kenapa Anda berharap dia melakukan itu.
Keempat, TELATENLAH. Jika dia telah “betah” untuk duduk lebih lama, bimbinglah anak untuk melatih koordinasi mata dan tangan dengan cara menghubungkan titik-titik yang membentuk angka atau huruf. Latihan ini juga untuk memperbaki cara menulis angka yang tidak baik dan salah. Selanjutnya anak bisa diberi menggambar bentuk sederhana dan mewarnai. Latihan ini sangat berguna untuk melatih motorik halusnya. Bisa pula mula diberika latihan berhitung dengan berbagai variasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Mulailah dengan penjumlahan dan pengurangan dengan angka-angka dibawah 10. Setelah itu baru diperkenalkan konsep angka “0” dengan benar.
Jika empat fase di atas telah dapat Anda lewatI, bersyukurlah, pasti keaktifan anak Anda sudah dapat difokuskan untuk perkembangan jiwanya. Ini juga akan sangat membantu Anda dalam menjaganya. Dan kini, masukilah tahap berikutnya, bagaimana Anda harus “bekerjasama” dengan dia.
Kelima, BANGKITKAN kepercayaan dirinya. Jika mampu, ini juga bisa dipelajari, kegunaan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif. Misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib atau berhasil melakukan sesuatu dengan benar, memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak. Tujuannya untuk meningkatkan rasa percaya diri anak.
Di samping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan orang tua. Misalnya, dengan memberikan contoh yang baik kepada anak, dan bila suatu saat anak melanggarnya, orangtua mengingatkan anak tentang contoh yang pernah diberikan orangtua sebelumnya.
Dalam tahap ini, usahakan emosi Anda berada dititik stabil, sehingga dia tahu, penguat positif tidak datang atas kendali amarah
Terakhir, SIAP bahu-membahu. Jika dia mampu mengembangkan pikiranya, Anda dapat membantu mewujudkan apa yang ia inginkan. Jangan ragu, bekerja samalah dengan guru disekolahnya agar guru dapat memahami kondisi anak sebenarnya. Mintalah guru tak perlu membentak-bentak, menganggap anak nakal, atau mengucilkannya karena berdampak lebih buruk terhadap kondisi mentalnya.Dibutuhkan kesabaran bagi guru untuk menangani anak hiperaktif.
Nah itulah dasar-dasar pengelolaan jika anak anda mengidap anak hiperaktif. Dia tak berbahaya, hanya butuh sentuhan dan perhatian lebih.Jika itu ia dapatkan, anak Anda akan berubah jadi Jenius yang bukan tak mungkin, akan mengubah dunia.

Selasa, 20 November 2012

Anak Tunalaras

0

Pengertian Anak Tunalaras

Penggunaan istilah tunalaras sangat bervariasi berdasarkan sudut pandang tiap-tiap ahli yang menanganinya, seperti halnya pekerja social menggunakan istilah social maladjustment terhadap anak yang melakukan penyimpangan tingkah laku. Para ahli hokum menyebutnya dengan juvenile delinquency. Dalam Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1991 disebutkan bahwa tunalaras adalah gangnguan atau hambatan atau kelainan tingkah laku sehingga kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Sementara itu masyarakat lebih mengenalnya dengan istilah anak nakal. Seperti halnya istilah, definisi mengenai tunalaras juga beraneka ragam. Berbagai definisi yang diadaptasi oleh Lynch dan Lewis (1988) adalah sebagai berikut.

  1. Menurut ketentuan yang ditetapkan dalam undang-undang  pokok pendidikan nomor 12 tahun 1952, anak tunalaras adalah individu yang mempunyai tingkah laku menyimpang/berkelainan, tidak memiliki sikap, melakukan pelanggaran terhadap peraturan dan norma-norma sosial dengan frekuensi yang cukup besar, tidak/kurang mempunyai toleransi terhadap kelompok dan orang lain, serta mudah terpengaruh oleh suasana, sehingga membuat kesulitan bagi diri sendiri maupun orang lain.
  2. Pengertian yang hampir serupa dikemukakan dalam dokumen kurikulum SLB bagian E tahun 1977, yang disebut tunalaras adalah (1) anak yang mengalami gangguan/hambatan emosi dan tingkah laku sehingga tidak/kurang menyesuaikan diri dengan baik, baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat; (2) anak yang mempunyai kebiasaan melanggar norma umum yang berlaku di mayarakat; (3) anak yang melakukan kejahatan.
Berangkat dari pemikiran di atas, seseorang yang diidentifikasi mengalami gangguan atau kelainan perilaku adalah individu yang; (1) tidak mampu mendefinisikan secara tepat kesehatan mental dan perilaku yang normal, (2) tidak mampu mengukur emosi dan
perilakunya sendiri, dan (3) mengalami kesulitan dalam menjalankan fungsi sosialisasi (Hallahan & Kauffman, 1991).
  1. Public Law 94-242 (Undang-undang tentang PLB di Amerika Serikat) mengemukakan pengertian tunalaras dengan istilah gangguan emosi, yaitu gangguan emosi adalah suatu kondisi yang menunjukkan salah satu atau lebih gejala-gejala berikut dalam satu kurun waktu tertentu dengan tingkat yang tinggi yang mempengaruhi prestasi belajar:
    1. Ketidakmampuan belajar dan tidak dapat dikatkan dengan factor kecerdasan, penginderaan atau kesehatan
    2. Ketidakmampuan menjalin hubungan yang menyenangkan teman dan guru
    3. Bertingkah laku yang tidak pantas pada keadaan normal
    4. Perasaan tertekan atau tidak bahagia terus-menerus
    5. Cenderung menunjukkan gejala-gejala fisik seperti takut pada masalah-masalah sekolah.
  2. Kauffman (1977) mengemukakan bahwa penyandang tunalaras adalah anak yang secara kronis dan mencolok berinteraksi dengan lingkungannya dengan cara yang secara social tidak dapat diterima atau secara pribadi tidak menyenangkan tetapi masih dapat diajar untuk bersikap yang secara social dapat diterima dan secara pribadi menyenangkan.
  3. Sechmid dan Mercer (1981) mengemukakan bahwa anak tunalaras adalah anak yang secara kondisi dan terus menerus menunjukkan penyimpangan tingkah laku tingkat berat yang mempengaruhi proses belajar meskipun telah menerima layanan belajar serta bimbingan, seperti anak lain. Ketidakmampuan menjalin hubungan baik dengan orang lain dan gangguan belajarnya tidak disebabkan oleh kelainan fisik saraf/ intelegensia.
  4. Nelson (1981) mengemukakan bahwa tingkah laku seorang murid dikatakan menyimpang jika:
  5. Menyimpang dari perilaku yang oleh orang dewasa dianggap normal menurut usia dan jenis kelaminnya.
  6. Penyimpangan terjadi dengan frekuensi dan intensitas tinggi
  7. Penyimpangan berlangsung dalam waktu yang relative lama.
Dari beberpa definisi di atas dapat disimpulakn bahwa membuat definisi atau batasan mengenai tunalars sangatlah sulit karena definisi tersebut harus menggambarkan keadaan anak tunalaras secara jelas. Beberapa komponen yang penting diperhatkan adalah
  1. adanya penyimpangan tingkah laku yang terus-menerus menurut norma yang berlaku sehingga menimbulkan ketidakmampuan belajar dan penyesuaian diri.
  2. penyimpangan itu tetap ada walaupun telah menerima layanan serta bimbingan.

Klasifikasi Anak Tunalaras
Pengklasifikasian anak tunalaras banyak ragamnya di antaranya sebagai berikut:
  1. Klasifikasi yang dikemukakan oleh Rosembra dkk. (1992) adalah anak tunalaras dapat dikelompokkan atas tingkah laku yang beresiko tinggi dan rendah dan yang beresiko tinggi, yaitu hiperaktif, agresif, pembangkang, delinkuensi dan anakyang menarik diri dari pergaulan social, sedangkan yang beresikorendah yaitu autism dan skizofrenia. Secara umum anak tunalaras menunjukkan cirri-ciri tingkah laku yang ada persamaannya pada setiap klasifikasi, yaitu kekacauan tingkah laku, kecemasan dan menarik diri, kurang dewasa, dan agresif. Selain pembagian diatas, masih banyak tingkah laku anak-anak yang dapat digolongkan tunalaras yang belum mendapat layanan khusus, misalnya anak merasa bahagia bila melihat api karena ingin selalu membakar saja, anak yang suka meninggalkan rumah, penyimpangan seks, dan sebagainya.
  2. System klasifikasi kelainan  perilaku yang dikemukakan oleh Quay, 1979 dala Samuel A. Kirk and James J. Gallagher (1986) yang dialihbahasakan oleh Moh. Amin, dkk (1991): 51) adalah sebagai berikut:
  3. Anak yang mengalami gangguan perilaku yang kacau (conduct disorder) mengacu pada tipe anak yang melawan kekuasaan, seperti bermusuhan dengan polisi dan guru, kejam, jahat, suka menyerang, hiperaktif.
  4. Anakyang cemas-menarik diri (anxious-withdraw) adalah anak yang pemalu, takut-takut, suka menyendiri, peka, dan penurut. Mereka tertekan batinnya.
  5. Dimensi ketidakmatangan (immaturity) mengacu kepada anak yang tidak ada perhatian, lambat, tidak berminat sekolah, pemalas, suka melamun dan pendiam. Mereka mirip seperti anak autistic.
  6. Anak agresi sosialisasi (socialized-aggressive) mempunyai cirri atau masalah perilaku yang sama dengan gangguan perilaku yang bersosialisasi dengan “gang: tertentu. Anak tipe ini termasuk dalam perilaku pencurian dan pembolosan. Mereka merupakan suatu bahaya bagi masyarakat umum.

  • Karakteristik Anak Tunalaras
Karakteristik yang dikemukakan oleh Hallahan & Kauffman (1986), berdasarkan dimensi tingkah laku anak tunalaras adalah sebagai berikut.
  1. Anak yang mengalami kekacauan tingkah laku, memperlihatkan cirri-ciri: suka berkelahi, memukul, menyerang, mengamuk membangkang, menantang, merusak milik sendiri atau milik orang lain, kirang ajar, lancang, melawan, tidak mau bekerja sama, tidak mau memperhatikan, memecah belah, rebut, tidak bias diam, menolak arahan, cepat marah, menganggab entengg, sok aksi, ingin menguasai orang lain, mengancam, pembohong, tidak dapat dipercaya, suka berbicara kotor, cemburu, suka bersoal jawab, tak sanggub berdikari, mencuri, mengejek, menyangkal, berbuat salah, egois, dan mudah terpengaruh untuk berbuat salah.
  2. Anak yang sering merasa cemas dan menarik diri, dengan cirri-ciri khawatir, cemas, ketakutan, kaku, pemalu, segan, menarik diri, terasing, tak berteman, rasa tertekan, sedih, terganggu, rendah diri, dingin, malu, kurang percaya diri, mudah bimbang, sering menangis, pendiam, suka berahasia.
  3. Anak yang kurang dewasa, dengan cirri-ciri, yaitu pelamun, kaku, berangan-angan, pasif, mudah dipengaruhi, pengantuk,pembosan, dan kotor.
  4. Anak yang agresif bersosialisasi, dengan cirri-ciri, yaitu mempunyai komplotan jahat, mencuri bersama kelompoknya, loyal terhadap teman nakal, berkelompok dengan geng, suka diluar rumah sampai larut malam, bolos sekolah, dan minggat dari rumah.

Berikut ini akan dikemukakan karakteristik yang berkaitan dengan segi akademik, social/emosional, fisik/kesehatan anak tunalaras.
  1. 1.      Karakteristik Akademik
Kelainan perilaku akan mengakibatkan adanya penyesuaian social dan sekolah yang buruk. Akibat penyesuaian yang brurk tersebut maka dalam belajarnya memperlihatkan cirri-ciri sebagai berikut.
  1. Pencapaian hasil belajar yang jauh dibawah rata-rata
  2. Seringkali dikirim ke kepala sekolah atau ruangan bimbingan untuk tindakan discipliner.
  3. Seringkali tidak naik kelas atau bahkan ke luar sekolahnya
  4. Sering kali membolos sekolah
  5. Lebih sering dikirim ke lembaga kesehatan dengan alasan sakit, perlu istirahat
  6. Anggota keluarga terutama orang tua lebih sering mendapat panggilan dari petugas kesehatan atau bagian absensi
  7. Orang yang bersangkutan lebih sering berurusan dengan polisi
  8. Lebih sering menjalani masa percobaab dari yang berwenang
  9. Lebih sering melakukan pelanggaran hokum dan pelanggaran tanda-tanda lalu lintas
  10. Lebih sering dikirim ke klinik bimbingan
  11. 2.      Karakteristik Sosial/Emosional
Karakteristik social/emosional anak tunalaras dapat dijelaskan sebagai berikut.
  1. Karakteristik social
1)      Masalah yang menimbulkan gangguan bagi orang lain, dengan cirri-ciri: perilaku tidak diterima oleh masyarakat dan biasanya melnggar norma budaya, dan perilaku melanggar aturan keluarga, sekolah, dan rumah tangga.
2)      Perilaku tersebut ditandai dengan tindakan agresif, yaitu tidak mengikuti aturan, bersifat mengganggu, mempunyai sikap membangkang atau menentang, dan tidak dapat bekerja sama.
  1. Karakteristik emosional
1)      Adanya hal-hal yang menimbulkan penderitaan bagi anak, seperti tekanan batin dan rasa cemas.
2)      Adanya rasa gelisah, seperti rasa malu, rendah diri, ketakutan, dan sangat sensitive atau perasa.
  1. 3.      Karakteristik Fisik/Kesehatan
Karakteristik fisik/kesehatan anak tunalaras ditandai dengan adanya gangguan makan, gangguan tidur, dan gangguan gerakan (tik). Seringkali anak merasakan ada sesuatu yang tidak beres pada jasmaninya, ia mudah mendapat kecelakaan, merasa cemas terhadap kesehatannya, merasa seolah-olah sakit. Kelainan lain yang berwujud kelainan fisik, seperti gagap, buang air tidak terkendali, sering mengompol dan jorok.

Terapi Untuk Anak Autis

0

12 TERAPI EFEKTIF UNTUK ANAK AUTIS

Terapi pada dasarnya perlu diberikan untuk membangun kondisi yang lebih baik. Terapi juga harus rutin dilakukan agar apa yang menjadi kekurangan anak dapat dipenuhi secara bertahap. Terapi juga harus diberikan sedini mungkin sebelum anak berusia 5 tahun. Sebab, perkembangan pesat otak anak umumnya terjadi pada usia sebelum 5 tahun, tepatnya puncak pada usia 2-3 tahun. Beberapa terapi yang ditawarkan oleh para ahli adalah :

  • Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam Defeat Autism Now . Pada terapi ini difokuskan pada pembersihan fungsi-fungsi abnormal pada otak. Dengan terapi ini diharapkan fungsi susunan saraf pusat bisa bekerja lebih baik sehingga gejala autism berkurang atau bahkan menghilang. Obat-obatan juga digunakan untuk penyandang autism, namun harus dengan pengawasan dokter spesialis yang lebih memahami dan mempelajari autism. Terapi biomedik melengkapi terapi lainnya dengan memperbaiki dari dalam (biomedis). Dan juga didukung oleh terapi dari dalam dan luar diri agar mengalami kemajuan yang cukup bagus.
  • Terapi Okupasi
Terapi okupasi berguna untuk melatih otot-otot halus anak. Menurut penelitian, hamper semua kasus anak autistic mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya sangat kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang benda dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuapkan makanan ke dalam mulutnya,dsb. Dengan terapi ini anak akan dilatih untuk membuat semua otot dalam tubuhnya berfungsi dengan tepat.
  • Terapi Integrasi Sensoris
Terapi ini berguna meningkatkan kematangan susunan saraf pusat, sehingga lebih mampu untuk memperbaiki struktur dan fungsinya. Aktivitas ini merangsang koneksi sinaptik yang lebih kompleks, dengan demikian bisa meningkatkan kapasitas untuk belajar.
  • Terapi Bermain
Terapi bermain adalah pemanfaatan pola permainan sebagai media yang efektif dari terapis, melalui kebebasan eksplorasi dan ekspresi diri. Pada terapi ini, terapis bermain menggunakan kekuatan terapiutik permainan untuk membantu klien menyelesaikan kesulitan-kesulitan psikososial dan mencapai pertumbuhan, perkembangan yang optimal.
  • Terapi Perilaku
Terapi ini memfokuskan penanganan pada pemberian reinforcement positif setiap kali anak berespons benar sesuai intruksi yang diberikan. Tidak ada punishment dalam terapi ini, akan tetapi bila anak menjawab salah akan mendapatkan reinforcement positif yang ia sukai. Terapi ini digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan anak pada aturan. Dari terapi ini hasil yang didapatkan signifikan bila mampu diterapkan secara intensif.
  • Terapi Fisik
Beberapa penyandang autism memiliki gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya juga kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-otot dan memperbaiki keseimbangan tubuh anak.
  • Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan asutism mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai kemampuan bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain.
  • Terapi Musik
Terapi music menurut Canadian Association for Music Therapy (2002) adalah penggunaan music untuk membantu integrasi fisik, psikologis, dan emosi individu, serta untuk treatment penyakit atau ketidakmampuan. Sedangkan menurut American Music Therapy Association (2002) terapi music adalah semacam terapi yang menggunakan music yang bersifat terapiutik guna meningkatkan fungsi perilaku, social, psikologis, komunikasi, fisik, sensorik motorik dan kognitif.
  • Terapi Perkembangan
Terapi ini didasari oleh adanya keadaan bahwa anak dengan autis melewatkan atau kurang sedikit bahkan banyak sekali kemampuan bersosialisasi.yang termasuk terapi perkembangan misalnya Floortime, dilakukan oleh orang tua untuk membantu melakukan interaksi dan kemampuan bicara.
  • Terapi Visual
Individu autistic lebih mudah belajar dengan melihat. Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar berkomunikasi melalui gambar-gambar. Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan keterampilan komunikasi.
  • Terapi Medikamentosa
Disebut juga terapi obat-obatan. Terapi ini dilakukan dengan pemberian obat-obatan oleh dokter yang berwenang. Para penyandang jangan diberi sembarang obat, tapi obat harus diberikan bila timbul indikasi kuat. Gejala yang sebaiknya dihilangkan dengan obat : hiperaktivitas yang hebat, menyakiti diri sendiri, menyakiti orang lain (agresif), merusak (destruktif), dan gangguan tidur.
  • Terapi Melalui Makanan
Terapi melalui makanan diberikan untuk anak-anak dengan masalah alergi makanan tertentu. Di sisi lain, ada bebrapa makanan yang mengandung zat yang dapat memperberat gejala autis pada anak. Dalam terapi ini diberikan solusi tepat bagi para orang tua untuk menyiasati menu yang cocok dan sesuai bagi putra-putrinya sesuai dengan petunjuk ahli mengenai gizi makanan.

Anak Hiperaktif

0


PENGERTIAN ANAK HIPERAKTIF

By
Mudzakkir Hafidh (redaksi ideguru)
Ditinjau secara psikologis, hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal yang disebabkan disfungsi neurologia dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian. Begitu pula anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian.

Gangguan ini disebabkan kerusakan kecil pada system saraf pusat dan otak sehingga rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan. Penyebab lainnya dikarenakan temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, serta epilepsi. Atau bisa juga karena gangguan di kepala seperti geger otak, trauma kepala karena persalinan sulit atau pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan.
Anak hiperaktiv adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaran guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya

DIVINISI ANAK HIPERAKTIF

Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.
Sani Budiantini Hermawan, Psi., “Ditinjau secara psikologis hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal, disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian.
Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi ADHD ke dalam 3 jenis berikut ini:
1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian.
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada “di awang-awang”.
2. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive.
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.
3. Tipe gabungan.
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak anak termasuk tipe seperti ini. Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.

Senin, 12 November 2012

AUTIS dan PENYEBABNYA

0


Autisme adalah : “Cacat pada perkembangan syaraf & psikis manusia, baik sejak janin dan seterusnya; yang menyebabkan kelemahan/perbedaan dalam berinteraksi sosial, kemampuan berkomunikasi, pola minat, dan tingkah laku”.
Autisme, sebuah penyakit yang satu abad yang lalu hampir tidak terdengar sama sekali, kini sudah hampir menjadi sesuatu yang normal. Perkembangan autisme terutama makin melejit di beberapa dekade terakhir, seperti yang dapat dilihat pada grafik di sebelah kanan.
Autisme cukup luas dan mencakup cukup banyak hal. Ciri-ciri autisme ada banyak, dan kebanyakan penderita autisme hanya menderita sebagiannya saja.
Ketika sudah terlanjur, Autisme bisa sangat sulit untuk dikendalikan, apalagi untuk disembuhkan. Jika kita mengetahui berbagai potensi penyebabnya, maka mudah-mudahan kita bisa mengatur agar anak kita terhindar dari itu semua. “Mencegah lebih baik daripada mengobati”, kata pepatah. Dan untuk kasus Autisme, dimana di Amerika saja perawatannya memakan biaya US$ 35 milyar per tahun, pepatah ini sangat telak mengenai sasaran.
Penyebab pasti autisme belum diketahui sampai saat ini. Kemungkinan besar, ada banyak penyebab autisme, bukan hanya satu.
Dahulu sempat diduga bahwa autisme disebabkan karena cacat genetik. Namun cacat genetika tidak mungkin terjadi dalam skala demikian besar dan dalam waktu demikian singkat. Karena itu kemudian para peneliti sepakat bahwa ada banyak kemungkinan penyebab autisme lainnya.
Berbagai hal yang dicurigai berpotensi untuk menyebabkan autisme :
  1. Vaksin yang mengandung Thimerosal : Thimerosal adalah zat pengawet yang digunakan di berbagai vaksin. Karena banyaknya kritikan, kini sudah banyak vaksin yang tidak lagi menggunakan Thimerosal di negara maju. Namun, entah bagaimana halnya di negara berkembang …
  2. Televisi : Semakin maju suatu negara, biasanya interaksi antara anak – orang tua semakin berkurang karena berbagai hal. Sebagai kompensasinya, seringkali TV digunakan sebagai penghibur anak. Ternyata ada kemungkinan bahwa TV bisa menjadi penyebab autisme pada anak, terutama yang menjadi jarang bersosialisasi karenanya. Dampak TV tidak dapat dipungkiri memang sangat dahsyat, tidak hanya kepada perorangan, namun bahkan kepada masyarakat dan/atau negara. Contoh paling nyata adalah kasus pada negara terpencil Bhutan – begitu mereka mengizinkan TV di negara mereka, jumlah dan jenis kejahatan meningkat dengan drastis.Bisa kita bayangkan sendiri apa dampaknya kepada anak-anak kita yang masih polos. Hiperaktif ? ADHD ? Autisme ? Sebuah penelitian akhirnya kini telah mengakui kemungkinan tersebut.
  3. Genetik : Ini adalah dugaan awal dari penyebab autisme; autisme telah lama diketahui bisa diturunkan dari orang tua kepada anak-anaknya. Namun tidak itu saja, juga ada kemungkinan variasi-variasi lainnya. Salah satu contohnya adalah bagaimana anak-anak yang lahir dari ayah yang berusia lanjut memiliki kans lebih besar untuk menderita autisme. (walaupun sang ayah normal / bukan autis)
  4. Makanan : Pada tahun 1970-an, Dr. Feingold dan kolega-koleganya menyaksikan peningkatan kasus ADHD dalam skala yang sangat besar. Sebagai seseorang yang pernah hidup di era 20 / 30-an, dia masih ingat bagaimana ADHD nyaris tidak ada sama sekali di zaman tersebut. Dr. Feingold kebetulan telah mulai mengobati beberapa kasus kelainan mental sejak tahun 1940 dengan memberlakukan diet khusus kepada pasiennya, dengan hasil yang jelas dan cenderung dalam waktu yang singkat. Terapi diet tersebut kemudian dikenal dengan nama The Feingold Program. Pada intinya, berbagai zat kimia yang ada di makanan modern (pengawet, pewarna, dll) dicurigai menjadi penyebab dari autisme pada beberapa kasus. Ketika zat-zat tersebut dihilangkan dari makanan para penderita autisme, banyak yang kemudian mengalami peningkatan situasi secara drastis. Dr. Feingold membayar penemuannya ini dengan cukup mahal. Sekitar tahun 1970-an, beliau dikhianati oleh The Nutrition Foundation, dimana Coca cola, Kraft foods, dll adalah anggotanya. Beliau tiba-tiba diasingkan oleh AMA, dan ditolak untuk menjadi pembicara dimana-mana. Syukurlah kemudian berbagai buku beliau bisa terbit, dan hari ini kita jadi bisa tahu berbagai temuan-temuannya seputar bahaya makanan modern.
  5. Radiasi pada janin bayi : Sebuah riset dalam skala besar di Swedia menunjukkan bahwa bayi yang terkena gelombang Ultrasonic berlebihan akan cenderung menjadi kidal.
    Dengan makin banyaknya radiasi di sekitar kita, ada kemungkinan radiasi juga berperan menyebabkan autisme. Tapi bagaimana menghindarinya, saya juga kurang tahu. Yang sudah jelas mudah untuk dihindari adalah USG – hindari jika tidak perlu.
  6. Folic Acid : Zat ini biasa diberikan kepada wanita hamil untuk mencegah cacat fisik pada janin. Dan hasilnya memang cukup nyata, tingkat cacat pada janin turun sampai sebesar 30%. Namun di lain pihak, tingkat autisme jadi meningkat Pada saat ini penelitian masih terus berlanjut mengenai ini. Sementara ini, yang mungkin bisa dilakukan oleh para ibu hamil adalah tetap mengkonsumsi folic acid – namun tidak dalam dosis yang sangat besar (normalnya wanita hamil diberikan dosis folic acid 4x lipat dari dosis normal). Atau yang lebih baik – perbanyak makan buah-buahan yang kaya dengan folic acid, karena alam bisa mencegah tanpa menyebabkan efek samping (Nature is more precise; that’s why all man-made drugs have side effects)
  7. Sekolah lebih awal : Agak mengejutkan, namun ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa menyekolahkan anak lebih awal (pre school) dapat memicu reaksi autisme. diperkirakan, bayi yang memiliki bakat autisme sebetulnya bisa sembuh / membaik dengan berada dalam lingkupan orang tuanya. Namun, karena justru dipindahkan ke lingkungan asing yang berbeda (sekolah playgroup / preschool), maka beberapa anak jadi mengalami shock, dan bakat autismenya menjadi muncul dengan sangat jelas. Untuk menghindari ini, para orang tua perlu memiliki kemampuan untuk mendeteksi bakat autisme pada anaknya secara dini. Jika ternyata ada terdeteksi, maka mungkin masa preschool-nya perlu dibimbing secara khusus oleh orang tua sendiri. Hal ini agar ketika masuk masa kanak-kanak maka gejala autismenya sudah hampir lenyap; dan sang anak jadi bisa menikmati masa kecilnya di sekolah dengan bahagia.
Dan mungkin saja masih ada banyak lagi berbagai potensi penyebab autisme yang akan ditemukan di masa depan, sejalan dengan terus berkembangnya pengetahuan di bidang ini.
Secara ringkas; gaya hidup modern memang sangat besar kontribusinya terhadap peningkatan kasus autisme.
Catatan  : Artikel ini hanya bertujuan untuk mengenalkan Anda kepada berbagai potensi penyebab autisme.