Rabu, 21 November 2012
Anak Disleksia (susah belajar)
0Apa Tunadaksa itu ??
0PENGERTIAN, KLASIFIKASI DAN KARAKTERISTIK ANAK TUNADAKSA
- Karakteristik akademis anak tudanadaksa meliputi ciri khas kecerdasan, kemampuan kognisi, persepsi dan simblisasi mengalam kelainan karena terganggunya sisitem cerebral sehingga mengalami hambatan dalam belajar, dan mengurus diri. Anak tundaksa karena kelainan pada sistem otot dan rangka tidak terganggu sehingga dapat belajar, seperti anak normal.
- Karakteristik sosial/emosional anak tunadaksa menunjukkan bahwa konse diri dan respons serta sikap masyarakat yang negatif terhadap anak tunadaksa mengakibatkan anak tunadaksa merasa tidak mampu, tidak berguna dan menjadi rendah diri.
- Karakteristik fisik/kesehatan anak tunadaksa biasanya selain mengalami cacat tubuh, juga mengalami gangguan lain, seperti sakit gigi, berkurangnya daya pendenganran, penglihatan, gangguan bicara, dan gangguan motorik.
- Pengembangan intelektual dan akademik
- Membantu perkembangan fisik
- Meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri anak
- Mematangkan moral dan spiritual,
- Meningkatkan ekspresi diri
- Mempersiapkan masa depan anak
Cara menarahkan anak hiperaktif
0
Selasa, 20 November 2012
Anak Tunalaras
0Pengertian Anak Tunalaras
Penggunaan istilah tunalaras sangat bervariasi berdasarkan sudut
pandang tiap-tiap ahli yang menanganinya, seperti halnya pekerja social
menggunakan istilah social maladjustment terhadap anak yang melakukan
penyimpangan tingkah laku. Para ahli hokum menyebutnya dengan juvenile
delinquency. Dalam Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1991 disebutkan
bahwa tunalaras adalah gangnguan atau hambatan atau kelainan tingkah
laku sehingga kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Sementara itu masyarakat
lebih mengenalnya dengan istilah anak nakal. Seperti halnya istilah,
definisi mengenai tunalaras juga beraneka ragam. Berbagai definisi yang
diadaptasi oleh Lynch dan Lewis (1988) adalah sebagai berikut.
- Menurut ketentuan yang ditetapkan dalam undang-undang pokok pendidikan nomor 12 tahun 1952, anak tunalaras adalah individu yang mempunyai tingkah laku menyimpang/berkelainan, tidak memiliki sikap, melakukan pelanggaran terhadap peraturan dan norma-norma sosial dengan frekuensi yang cukup besar, tidak/kurang mempunyai toleransi terhadap kelompok dan orang lain, serta mudah terpengaruh oleh suasana, sehingga membuat kesulitan bagi diri sendiri maupun orang lain.
- Pengertian yang hampir serupa dikemukakan dalam dokumen kurikulum SLB bagian E tahun 1977, yang disebut tunalaras adalah (1) anak yang mengalami gangguan/hambatan emosi dan tingkah laku sehingga tidak/kurang menyesuaikan diri dengan baik, baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat; (2) anak yang mempunyai kebiasaan melanggar norma umum yang berlaku di mayarakat; (3) anak yang melakukan kejahatan.
perilakunya sendiri, dan (3) mengalami kesulitan dalam menjalankan fungsi sosialisasi (Hallahan & Kauffman, 1991).
- Public Law 94-242 (Undang-undang tentang PLB di Amerika Serikat)
mengemukakan pengertian tunalaras dengan istilah gangguan emosi, yaitu
gangguan emosi adalah suatu kondisi yang menunjukkan salah satu atau
lebih gejala-gejala berikut dalam satu kurun waktu tertentu dengan
tingkat yang tinggi yang mempengaruhi prestasi belajar:
- Ketidakmampuan belajar dan tidak dapat dikatkan dengan factor kecerdasan, penginderaan atau kesehatan
- Ketidakmampuan menjalin hubungan yang menyenangkan teman dan guru
- Bertingkah laku yang tidak pantas pada keadaan normal
- Perasaan tertekan atau tidak bahagia terus-menerus
- Cenderung menunjukkan gejala-gejala fisik seperti takut pada masalah-masalah sekolah.
- Kauffman (1977) mengemukakan bahwa penyandang tunalaras adalah anak yang secara kronis dan mencolok berinteraksi dengan lingkungannya dengan cara yang secara social tidak dapat diterima atau secara pribadi tidak menyenangkan tetapi masih dapat diajar untuk bersikap yang secara social dapat diterima dan secara pribadi menyenangkan.
- Sechmid dan Mercer (1981) mengemukakan bahwa anak tunalaras adalah anak yang secara kondisi dan terus menerus menunjukkan penyimpangan tingkah laku tingkat berat yang mempengaruhi proses belajar meskipun telah menerima layanan belajar serta bimbingan, seperti anak lain. Ketidakmampuan menjalin hubungan baik dengan orang lain dan gangguan belajarnya tidak disebabkan oleh kelainan fisik saraf/ intelegensia.
- Nelson (1981) mengemukakan bahwa tingkah laku seorang murid dikatakan menyimpang jika:
- Menyimpang dari perilaku yang oleh orang dewasa dianggap normal menurut usia dan jenis kelaminnya.
- Penyimpangan terjadi dengan frekuensi dan intensitas tinggi
- Penyimpangan berlangsung dalam waktu yang relative lama.
- adanya penyimpangan tingkah laku yang terus-menerus menurut norma yang berlaku sehingga menimbulkan ketidakmampuan belajar dan penyesuaian diri.
- penyimpangan itu tetap ada walaupun telah menerima layanan serta bimbingan.
Klasifikasi Anak Tunalaras
Pengklasifikasian anak tunalaras banyak ragamnya di antaranya sebagai berikut:
- Klasifikasi yang dikemukakan oleh Rosembra dkk. (1992) adalah anak tunalaras dapat dikelompokkan atas tingkah laku yang beresiko tinggi dan rendah dan yang beresiko tinggi, yaitu hiperaktif, agresif, pembangkang, delinkuensi dan anakyang menarik diri dari pergaulan social, sedangkan yang beresikorendah yaitu autism dan skizofrenia. Secara umum anak tunalaras menunjukkan cirri-ciri tingkah laku yang ada persamaannya pada setiap klasifikasi, yaitu kekacauan tingkah laku, kecemasan dan menarik diri, kurang dewasa, dan agresif. Selain pembagian diatas, masih banyak tingkah laku anak-anak yang dapat digolongkan tunalaras yang belum mendapat layanan khusus, misalnya anak merasa bahagia bila melihat api karena ingin selalu membakar saja, anak yang suka meninggalkan rumah, penyimpangan seks, dan sebagainya.
- System klasifikasi kelainan perilaku yang dikemukakan oleh Quay, 1979 dala Samuel A. Kirk and James J. Gallagher (1986) yang dialihbahasakan oleh Moh. Amin, dkk (1991): 51) adalah sebagai berikut:
- Anak yang mengalami gangguan perilaku yang kacau (conduct disorder) mengacu pada tipe anak yang melawan kekuasaan, seperti bermusuhan dengan polisi dan guru, kejam, jahat, suka menyerang, hiperaktif.
- Anakyang cemas-menarik diri (anxious-withdraw) adalah anak yang pemalu, takut-takut, suka menyendiri, peka, dan penurut. Mereka tertekan batinnya.
- Dimensi ketidakmatangan (immaturity) mengacu kepada anak yang tidak ada perhatian, lambat, tidak berminat sekolah, pemalas, suka melamun dan pendiam. Mereka mirip seperti anak autistic.
- Anak agresi sosialisasi (socialized-aggressive) mempunyai cirri atau masalah perilaku yang sama dengan gangguan perilaku yang bersosialisasi dengan “gang: tertentu. Anak tipe ini termasuk dalam perilaku pencurian dan pembolosan. Mereka merupakan suatu bahaya bagi masyarakat umum.
- Karakteristik Anak Tunalaras
- Anak yang mengalami kekacauan tingkah laku, memperlihatkan cirri-ciri: suka berkelahi, memukul, menyerang, mengamuk membangkang, menantang, merusak milik sendiri atau milik orang lain, kirang ajar, lancang, melawan, tidak mau bekerja sama, tidak mau memperhatikan, memecah belah, rebut, tidak bias diam, menolak arahan, cepat marah, menganggab entengg, sok aksi, ingin menguasai orang lain, mengancam, pembohong, tidak dapat dipercaya, suka berbicara kotor, cemburu, suka bersoal jawab, tak sanggub berdikari, mencuri, mengejek, menyangkal, berbuat salah, egois, dan mudah terpengaruh untuk berbuat salah.
- Anak yang sering merasa cemas dan menarik diri, dengan cirri-ciri khawatir, cemas, ketakutan, kaku, pemalu, segan, menarik diri, terasing, tak berteman, rasa tertekan, sedih, terganggu, rendah diri, dingin, malu, kurang percaya diri, mudah bimbang, sering menangis, pendiam, suka berahasia.
- Anak yang kurang dewasa, dengan cirri-ciri, yaitu pelamun, kaku, berangan-angan, pasif, mudah dipengaruhi, pengantuk,pembosan, dan kotor.
- Anak yang agresif bersosialisasi, dengan cirri-ciri, yaitu mempunyai komplotan jahat, mencuri bersama kelompoknya, loyal terhadap teman nakal, berkelompok dengan geng, suka diluar rumah sampai larut malam, bolos sekolah, dan minggat dari rumah.
Berikut ini akan dikemukakan karakteristik yang berkaitan dengan segi akademik, social/emosional, fisik/kesehatan anak tunalaras.
- 1. Karakteristik Akademik
- Pencapaian hasil belajar yang jauh dibawah rata-rata
- Seringkali dikirim ke kepala sekolah atau ruangan bimbingan untuk tindakan discipliner.
- Seringkali tidak naik kelas atau bahkan ke luar sekolahnya
- Sering kali membolos sekolah
- Lebih sering dikirim ke lembaga kesehatan dengan alasan sakit, perlu istirahat
- Anggota keluarga terutama orang tua lebih sering mendapat panggilan dari petugas kesehatan atau bagian absensi
- Orang yang bersangkutan lebih sering berurusan dengan polisi
- Lebih sering menjalani masa percobaab dari yang berwenang
- Lebih sering melakukan pelanggaran hokum dan pelanggaran tanda-tanda lalu lintas
- Lebih sering dikirim ke klinik bimbingan
- 2. Karakteristik Sosial/Emosional
- Karakteristik social
2) Perilaku tersebut ditandai dengan tindakan agresif, yaitu tidak mengikuti aturan, bersifat mengganggu, mempunyai sikap membangkang atau menentang, dan tidak dapat bekerja sama.
- Karakteristik emosional
2) Adanya rasa gelisah, seperti rasa malu, rendah diri, ketakutan, dan sangat sensitive atau perasa.
- 3. Karakteristik Fisik/Kesehatan
Terapi Untuk Anak Autis
012 TERAPI EFEKTIF UNTUK ANAK AUTIS
Terapi pada dasarnya perlu diberikan untuk membangun kondisi yang
lebih baik. Terapi juga harus rutin dilakukan agar apa yang menjadi
kekurangan anak dapat dipenuhi secara bertahap. Terapi juga harus
diberikan sedini mungkin sebelum anak berusia 5 tahun. Sebab,
perkembangan pesat otak anak umumnya terjadi pada usia sebelum 5 tahun,
tepatnya puncak pada usia 2-3 tahun. Beberapa terapi yang ditawarkan
oleh para ahli adalah :
- Terapi Biomedik
- Terapi Okupasi
- Terapi Integrasi Sensoris
- Terapi Bermain
- Terapi Perilaku
- Terapi Fisik
- Terapi Wicara
- Terapi Musik
- Terapi Perkembangan
- Terapi Visual
- Terapi Medikamentosa
- Terapi Melalui Makanan
Anak Hiperaktif
0
PENGERTIAN ANAK HIPERAKTIF
By
Gangguan ini disebabkan kerusakan kecil pada system saraf pusat dan otak sehingga rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan. Penyebab lainnya dikarenakan temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, serta epilepsi. Atau bisa juga karena gangguan di kepala seperti geger otak, trauma kepala karena persalinan sulit atau pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan.
DIVINISI ANAK HIPERAKTIF
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada “di awang-awang”.
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak anak termasuk tipe seperti ini. Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.
Senin, 12 November 2012
AUTIS dan PENYEBABNYA
0
Dahulu sempat diduga bahwa autisme disebabkan karena cacat genetik. Namun cacat genetika tidak mungkin terjadi dalam skala demikian besar dan dalam waktu demikian singkat. Karena itu kemudian para peneliti sepakat bahwa ada banyak kemungkinan penyebab autisme lainnya.
- Vaksin yang mengandung Thimerosal : Thimerosal adalah zat pengawet yang digunakan di berbagai vaksin. Karena banyaknya kritikan, kini sudah banyak vaksin yang tidak lagi menggunakan Thimerosal di negara maju. Namun, entah bagaimana halnya di negara berkembang …
- Televisi : Semakin maju suatu negara, biasanya interaksi antara anak – orang tua semakin berkurang karena berbagai hal. Sebagai kompensasinya, seringkali TV digunakan sebagai penghibur anak. Ternyata ada kemungkinan bahwa TV bisa menjadi penyebab autisme pada anak, terutama yang menjadi jarang bersosialisasi karenanya. Dampak TV tidak dapat dipungkiri memang sangat dahsyat, tidak hanya kepada perorangan, namun bahkan kepada masyarakat dan/atau negara. Contoh paling nyata adalah kasus pada negara terpencil Bhutan – begitu mereka mengizinkan TV di negara mereka, jumlah dan jenis kejahatan meningkat dengan drastis.Bisa kita bayangkan sendiri apa dampaknya kepada anak-anak kita yang masih polos. Hiperaktif ? ADHD ? Autisme ? Sebuah penelitian akhirnya kini telah mengakui kemungkinan tersebut.
- Genetik : Ini adalah dugaan awal dari penyebab autisme; autisme telah lama diketahui bisa diturunkan dari orang tua kepada anak-anaknya. Namun tidak itu saja, juga ada kemungkinan variasi-variasi lainnya. Salah satu contohnya adalah bagaimana anak-anak yang lahir dari ayah yang berusia lanjut memiliki kans lebih besar untuk menderita autisme. (walaupun sang ayah normal / bukan autis)
- Makanan : Pada tahun 1970-an, Dr. Feingold dan kolega-koleganya menyaksikan peningkatan kasus ADHD dalam skala yang sangat besar. Sebagai seseorang yang pernah hidup di era 20 / 30-an, dia masih ingat bagaimana ADHD nyaris tidak ada sama sekali di zaman tersebut. Dr. Feingold kebetulan telah mulai mengobati beberapa kasus kelainan mental sejak tahun 1940 dengan memberlakukan diet khusus kepada pasiennya, dengan hasil yang jelas dan cenderung dalam waktu yang singkat. Terapi diet tersebut kemudian dikenal dengan nama The Feingold Program. Pada intinya, berbagai zat kimia yang ada di makanan modern (pengawet, pewarna, dll) dicurigai menjadi penyebab dari autisme pada beberapa kasus. Ketika zat-zat tersebut dihilangkan dari makanan para penderita autisme, banyak yang kemudian mengalami peningkatan situasi secara drastis. Dr. Feingold membayar penemuannya ini dengan cukup mahal. Sekitar tahun 1970-an, beliau dikhianati oleh The Nutrition Foundation, dimana Coca cola, Kraft foods, dll adalah anggotanya. Beliau tiba-tiba diasingkan oleh AMA, dan ditolak untuk menjadi pembicara dimana-mana. Syukurlah kemudian berbagai buku beliau bisa terbit, dan hari ini kita jadi bisa tahu berbagai temuan-temuannya seputar bahaya makanan modern.
- Radiasi
pada janin bayi : Sebuah riset dalam skala besar di Swedia menunjukkan bahwa
bayi yang terkena gelombang Ultrasonic berlebihan akan cenderung menjadi
kidal.
Dengan makin banyaknya radiasi di sekitar kita, ada kemungkinan radiasi juga berperan menyebabkan autisme. Tapi bagaimana menghindarinya, saya juga kurang tahu. Yang sudah jelas mudah untuk dihindari adalah USG – hindari jika tidak perlu. - Folic Acid : Zat ini biasa diberikan kepada wanita hamil untuk mencegah cacat fisik pada janin. Dan hasilnya memang cukup nyata, tingkat cacat pada janin turun sampai sebesar 30%. Namun di lain pihak, tingkat autisme jadi meningkat Pada saat ini penelitian masih terus berlanjut mengenai ini. Sementara ini, yang mungkin bisa dilakukan oleh para ibu hamil adalah tetap mengkonsumsi folic acid – namun tidak dalam dosis yang sangat besar (normalnya wanita hamil diberikan dosis folic acid 4x lipat dari dosis normal). Atau yang lebih baik – perbanyak makan buah-buahan yang kaya dengan folic acid, karena alam bisa mencegah tanpa menyebabkan efek samping (Nature is more precise; that’s why all man-made drugs have side effects)
- Sekolah lebih awal : Agak mengejutkan, namun ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa menyekolahkan anak lebih awal (pre school) dapat memicu reaksi autisme. diperkirakan, bayi yang memiliki bakat autisme sebetulnya bisa sembuh / membaik dengan berada dalam lingkupan orang tuanya. Namun, karena justru dipindahkan ke lingkungan asing yang berbeda (sekolah playgroup / preschool), maka beberapa anak jadi mengalami shock, dan bakat autismenya menjadi muncul dengan sangat jelas. Untuk menghindari ini, para orang tua perlu memiliki kemampuan untuk mendeteksi bakat autisme pada anaknya secara dini. Jika ternyata ada terdeteksi, maka mungkin masa preschool-nya perlu dibimbing secara khusus oleh orang tua sendiri. Hal ini agar ketika masuk masa kanak-kanak maka gejala autismenya sudah hampir lenyap; dan sang anak jadi bisa menikmati masa kecilnya di sekolah dengan bahagia.